Review: Habibie dan Ainun

Hari Kamis, 3 Januari 2013 lalu di tengah jadwal kuliah yang menggila dan tugas yang membanjir *tsaah* akhirnya saya berkesempatan ke bioskop nonton Habibie dan Ainun, itupun dadakan gara-gara kuliah sorenya batal. Karena baru beli 15 menit sebelum filmnya dimulai, kami dapat kursi di deretan H. Nggak papa lah ya, daripada nggak dapet kursi :p

Habibie dan Ainun Movie Poster

Habibie dan Ainun adalah sebuah film yang diangkat dari biografi Pak Habibie dengan judul sama, Habibie dan Ainun. Film ini berkisah tentang perjalanan cinta Pak Habibie dan (Almh.) Bu Ainun. Perjalanan ini dimulai dari mereka “dijodohkan” oleh guru mereka di masa SMP, ketika itu Habibie tidak suka dan mengejek Ainun seperti gula jawa 😀 Mereka kemudian berpisah, karena Habibie melanjutkan kuliah di Jerman. Di tengah perkuliahan, Habibie terinfeksi TBC dan harus pulang ke Indonesia. Saat inilah Habibie bertemu dengan Ainun yang saat itu telah menjadi seorang dokter di Bandung. Di sini diperlihatkan proses pendekatan dan perjuangan Habibie melamar Ainun sampai akhirnya mereka menikah dan hidup di Jerman.

Kehidupan Habibie dan Ainun di Jerman sangat sederhana, karena pada masa itu Habibie masih meniti karir. Kehidupan mereka semakin lama semakin membaik hingga saat Presiden Soeharto memanggil Habibie pulang ke Indonesia untuk membangun negeri di bidang transportasi udara. Di film ini juga diperlihatkan perjuangan Habibie di Indonesia mulai pembangunan pesawat perdana N250 Gatotkaca hingga saat-saat Habibie menjadi Presiden Indonesia yang ke-3. Di lain pihak, penyakit kanker ovarium yang menyerang Ainun mulai parah. Di saat inilah, kisah cinta mereka diuji. Ainun sakit dan harus dirawat di Jerman. Kisah dramatis Habibie dan kedua anaknya yang menemani Ainun hingga akhir hayat beliau sungguh menguras emosi penonton. Tak sedikit penonton yang menitikkan air mata melihat film ini *termasuk saya juga sih :p*

Film ini sangat bagus, dengan tata film yang indah dan sesuai dengan tahun kejadian, hingga akting pemainnya. Reza Rahadian memerankan Habibie dengan sangat baik. I can see Mr. Habibie over Reza Rahadian act. It is sooooo awesome 😀 cara berjalan, berbicara, bersikap, sungguh mirip dengan Pak Habibie yang sebenarnya. Begitu bersinarnya Reza di film ini, sehingga menurut saya Bunga Citra Lestari tertutup, aktingnya kurang kuat sebagai pendamping Pak Habibie *ini pandangan orang awam sih yaa :D*

Yang saya rasa mengganggu dari film ini adalah penempatan sponsor di scene tertentu secara frontal dan sangat dipaksakan. Tapi memang sih, saya rasa budget film ini sangat besar, sehingga membutuhkan sponsor yang lumayan. Akan tetapi lebih baik jika penempatan produk sponsor sangat halus dan tidak dipaksakan sehingga penonton tetap nyaman melihatnya. Alur kisahnya berjalan dengan lambat di awal, cepat di bagian tengah ketika Habibie kembali ke Indonesia, dan melambat lagi saat Ibu Ainun dirawat di Jerman.

Terlepas dari sedikit kekurangan film ini, Faozan Rizal dan kru film Habibie dan Ainun telah bekerja dengan sangat baik membawa perjalanan cinta Pak Habibie dan Almh. Bu Ainun ke layar. This movie is sooo worth to watch!! 😀