Tonight, 22.30 WIB, selesai membaca novel karangan Tere Liye yang berjudul Sunset Bersama Rosie ini jadi nggak bisa tidur, dan nyesek.
Sunset Bersama Rosie, menceritakan kisah Tegar, Rosie, Nathan, Sekar, dan keempat putri Rosie. Tegar dan Rosie, sahabat masa kecil dari Gili Trawangan, salah satu pulau dari gugusan pulau indah di Lombok. Tegar, menyimpan perasaan pada Rosie selama 20 tahun, dan berniat menyatakannya saat matahari terbit di Gunung Rinjani. Tapi, Nathan, yang baru dua bulan berkenalan dengan Rosie, lebih dulu mengutarakan perasaannya saat matahari terbenam. Sejak saat inilah Tegar menghilang dari kehidupan Rosie dan Nathan.
5 tahun berselang, Rosie dan Nathan berhasil melacak posisi Tegar. Setelah 5 tahun, Tegar pun kembali menjadi bagian dari keluarga mereka. Selama 13 tahun, Rosie dan Nathan membangun keluarga bahagia bersama keempat putrinya, Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Kebahagiaan itu lenyap tak bersisa ketika saat ulang tahun pernikahan yang ke-13, bom bali merenggut Nathan dari keluarga ini. Tegar bergegas ke Bali, mencari Rosie dan keluarganya. Begitu mendadak hal itu hingga Ia lupa akan hari pentingnya, pertunangan dengan Sekar keesokan harinya.
Rosie, yang tak dapat menerima hal itu menjadi depresi dan harus dimasukkan ke dalam shelter perawatan. Tegar pun membatalkan janjinya dengan Sekar, pindah ke Gili Trawangan dan menjadi pengganti orangtua bagi keempat putri Rosie. Perjuangan Tegar berjalan dengan lancar, hingga masa lalu menguak muncul dan mengancam kebahagiaan mereka. Bagaimanakah kisah Tegar dan Rosie, kini setelah semuanya terungkap? Siapakah yang dipilih Tegar, Rosie dan putri-putrinya, ataukah Sekar yang setia menunggu dan menciptakan kesempatan untuknya?
Tere Liye membawakan tema “tak bisa move on” dengan gaya yang berbeda dan mengaduk emosi pembaca. Dalam beberapa bagian, saya terpaksa harus berhenti sejenak dan menarik nafas panjang *gara-gara nangis, hihi :p*. Tak jarang, saya merenung, apakah yang akan saya lakukan jika scene itu yang terjadi di kehidupan saya? Alur ceritanya sangat pas, penokohan yang tepat serta latar tempat Pulau Lombok dan Bali yang indah juga mendukung kekuatan novel ini.
Novel ini sarat dengan makna, mulai dari arti kehilangan, kesetiaan, cinta, rasa sakit, hingga maaf. Saya belajar tentang arti kehilangan dari cerita Tegar kepada keempat putri Rosie tentang Putri Nelayan. Saya belajar tentang kesetiaan dari Sekar, yang dalam diam menunggu Tegar menepati janjinya hingga 2 tahun menunggu.
Saya belajar tentang rasa sakit, dari Tegar yang kehilangan kesempatannya di Gunung Rinjani, dari Sekar yang menjadi bayang-bayang Rosie.
Bagi seorang gadis, menyimpan perasaan cinta sebesar itu justru menjadi energi yang hebat buat siapa saja yang beruntung menjadi pasangannya, meskipun itu bukan dengan lelaki yang dicintainya. Bagi seorang pemuda menyimpan perasaan sebesar itu justru mengungkung hidupnya. Selamanya — Oma, page 157
Apakah dunia memang begitu? Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu jika kita terlalu menginginkannya. Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya — Tegar, page 403
Saya belajar tentang cinta, dari Tegar kepada Rosie, dari Nathan kepada Rosie, dari Sekar kepada Tegar.
Dan saya belajar tentang maaf, dari Jasmine kepada teroris bom Bali.
Jasmine… Jasmine tidak akan membenci. Demi Paman Tegar yang mengajarkan Jasmine menyulam, merajut. Jasmine… Jasmine tidak akan pernah membenci Om. Karena Jasmine percaya apa yang Paman Tegar bilang. Sungguh percaya. Ayah, kata Paman Tegar, Ayah tersenyum senang di surga kalau Jasmine bisa memaafkan Om. — Jasmine, page 245
Hal utama yang saya dapat dari novel ini adalah, bahwa kesempatan itu kita yang menciptakan, dengan perantara takdir yang telah diatur oleh Allah SWT. Buatlah kesempatan selagi kamu bisa, dan ambillah kesempatan itu. Jangan sampai menyesali apa yang tidak dikerjakan dibanding yang dikerjakan.
Over all, this book is totally recommended!