And what would you do, if I told you I have no intention to kiss you?”
“Kurasa… aku akan membuatmu mengubah keputusanmu itu.”
Ketika Troy Mardian dan Gadis Parasayu yang saling membenci harus terbangun dalam keadaan bugil dengan memori kabur akan pernikahan mereka, reaksi pertama mereka adalah berteriak histeris. Mereka curiga jika semua keanehan itu berkaitan dengan wanita gipsi tua yang mereka tertawai pada acara ulang tahun kantor mereka.
Untunglah mimpi dan realita yang tumpang tindih mempermainkan akal sehat mereka itu segera berakhir, dan membawa mereka kembali ke dunia nyata. Kali ini Troy dan Gadis yakin semua keanehan yang mereka alami itu telah berakhir. Setidaknya demikian, hingga tugas kantor membawa mereka ke negara para Duke dan Duchess, Inggris.
Dalam penerbangan yang melewati turbulensi ekstrem dan nyaris merenggut nyawa, keduanya dipaksa berpikir ulang tentang perasaan masing-masing.
Meskipun mereka saling membenci sejak pandangan pertama, mungkinkah berbagai peristiwa aneh tersebut justru mengubah rasa tidak suka mereka menjadi cinta?
Dan ketika Troy dan Gadis mengira hidup mereka sudah mencapai puncak kebahagiaan tertinggi, nun jauh di sana, sayup-sayup suara gemerencing lonceng perak kecil milik si gipsi misterius kembali membelah pekatnya malam…
Lalu apa kira-kira yang akan terjadi pada Troy dan Gadis kali ini?
Cring… cring… cring… Beware!
Buku ini adalah sekuel dari Love, Hate, & Hocus Pocus, yang epilognya masih menggantung *menurut saya*. And so, when this book is published, I’m so happy ~\^o^/~
Kisah Troy dan Gadis kali ini bersetting di Inggris, di mana mereka mencari wanita gipsi yang mengisi acara ulang tahun BPI untuk mencari jawaban atas semua yang telah terjadi. Di perjalanan, karena turbulensi pesawat yang hebat, Troy dan Gadis mengalami “mimpi” tentang masa depan mereka, di mana mereka sudah berkeluarga dan memiliki anak.
Scene mimpi itu berkelebat di benak Gadis dan Troy, bahkan saat mereka dalam kondisi sadar. Kehadiran Putra yang berniat melamar Gadis, dan Lucinda, yang masih mengharapkan Troy, membuat mereka ingin menemukan apa yang sebenarnya terjadi, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mencari jawaban ke wanita gypsi tersebut. Perjalanan ini membuat mereka sadar dan jujur terhadap perasaan masing-masing.
Here are some quotes I love from this book 😀
Melabeli itu berarti memberikan batasan pada sesuatu. Banyak hal dalam hidup ini yang tidak bisa dilabeli dengan kata-kata yang punya keterbatasan. Padahal untuk bisa memahami hal-hal yang tidak bisa dilabeli, kita hanya perlu jujur merasakannya dengan hati. Sesederhana itu. — Lyubitshka, page 336
Love is simple, but most people tend to overanalyze it — Lyubitshka, page 338
Karena kamu adalah realitaku, Gadis. Kamu memberikan definisi kehidupan yang sebenarnya bagiku — Troy, page 396
Overall, novel ini sangat menghibur, walaupun tebal, tapi membaca novel ini tidak membosankan, ada hal-hal yang berbeda yang saya baca di setiap perjalanan Troy dan Gadis menemukan Lyubitshka. Jika dibandingkan dengan prekuelnya, alur buku ini memang lebih “lambat”, but both are fine, karena di novel ini lebih ke dalam pencarian jawaban keduanya, sementara di buku sebelumnya harus membongkar kejanggalan di dunia farmasi. In the end, this book is recommended!