#galaukuliahlanjut

I’m currently enrolled in Double Degree Program, Electrical Engineering, Brawijaya University. Program Dobel Degree ini adalah program beasiswa yang diadakan oleh Kemendiknas. Sistemnya, 1 tahun kuliah di Indonesia (Universitas yang dituju, – Brawijaya for me) dan tahun kedua di universitas partner yang sudah menjalin kerja sama dengan universitas awal. Di Elektro, universitas partner yang bisa menjadi tujuan riset di tahun kedua adalah University of Miyazaki, Jepang; National Central University, Taiwan; dan National Sun Yat-Sen University, Taiwan.

Beberapa waktu lalu, ketiga universitas ini datang ke Malang, menjelaskan kondisi akademik, lingkungan, dan penawaran beasiswa di masing-masing universitas. Singkatnya promosi universitas masing-masing deh :D. Kami sebagai mahasiswa double degree harus memutuskan apply ke universitas mana untuk riset di tahun kedua. Well, rencananya sih apply ke semua universitas tersebut, jaga-jaga kalau ada sesuatu dan lain hal :p. But then, harus ada prioritas universitas yang dipilih kan? Ini nih yang bikin galau >.<

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih universitas. For me, I have to choose a university that match with my major, which is Telecommunication Engineering; the laboratory an Professors/associate Professors that expert in research topic I am interested in, which is optical communication, especially in radio over fiber technology; and another important reason is, biaya hidup di negara yang bersangkutan. Poin terakhir ini menjadi penting karena, well, the scholarship doesn’t cover the living cost. It only covers our tuition fee. But hey, biaya hidup itu tergantung haya hidup! And so, these are my considerations about those universities.

1. National Sun Yat-Sen University, Taiwan

Dari presentasinya beberapa waktu yang lalu, terlihat kalau lingkungan universitas ini menyenangkan (it is only few meters from the beach!), Professor yang datang ke Malang ramah dan menyenangkan, bahasa Inggrisnya mudah dipahami (most of Chinese’ and Japanese’ English are difficult to understand), laboratorium dan major yang saya inginkan tersedia, juga peringkat universitas ini di dunia bisa dibilang ada di “papan tengah” *berasa sepak bola :p  .

The problem is, ijazah untuk Sun Yat-Sen masih belum pernah disetarakan oleh Dikti. Untuk melakukan proses pengajuan penyetaraan ijazah itu sedikit rumit sih kalau dibaca di web dikti. Dan untuk univ. yang belum pernah disetarakan, ada 2 kemungkinan, ditolak atau disetarakan ijazahnya. Tapi saya tidak tahu apakah data yang ada di web dikti tersebut up to date atau tidak. See the lists here

2. University of Miyazaki, Japan

Terletak di daerah Kyushu, Jepang, biaya hidup di sini memang tidak sebesar di Tokyo. Kemungkinan bisa dapat beasiswa biaya hidup dari JASO juga ada, dengan catatan harus 5 orang dari UB yang mendaftar ke Miyazaki. But, kalo ada 6 orang yang mendaftar, hanya 5 orang yang mendapatkan beasiswa JASO, sedangkan 1 orang lainnya akan mendapat bantuan dari universitas, but of course it isn’t a full scholarship. Hanya bantuan biaya hidup. Another considerations, jurusan di sana adalah electrical and electronic. Untuk communication seharusnya ada, but I couldn’t find any information in their website. Research area mereka ada yang mengenai optical fiber, which is a plus for me. Peringkat universitas ini tahun 2012 memang lebih rendah daripada Sun Yat-Sen atau NCU. But well, ranking really doesn’t matter.

3. National Central University, Taiwan

Di Taiwan, memang biaya hidupnya lebih kecil dibandingkan Jepang. Jika di Jepang bisa mencapai Rp100.000.000,oo per tahun, di Taiwan “hanya” sekitar Rp 40.0000.000,oo. Di NCU, laboratorium ada, jurusan ada, Professor juga ada, tapiii… Bahasa Inggris nya kurang bisa dipahami *melihat dari Profesor yang datang ke kampus saat itu*, dan Professor yang kemarin datang ke Malang kurang ramah. Lagipula, kesempatan mendapat beasiswa hampir tidak ada, dan bantuan universitas mungkin ada, mungkin tidak. Peringkat universitas ini di dunia juga termasuk “papan tengah”.

Universitas manapun yang pada akhirnya saya pilih, I just hope the best for the result, semoga memang yang terbaik yang dipilihkan Allah untuk saya. Aamiin 🙂

#galauskripsi, part 1

sebagai mahasiswa tingkat akhir, kita dihadapkan pada suatu kondisi yang MENGHARUSKAN kita mengerjakan “little”-thing-called-skripsi to get graduate,

nah… little thing ini bisa bikin galau, dari pertama kali #galaujudul gara-gara nggak segera menemukan judul yang pas (tidak merepotkan, sesuai dengan concern kita, tapi sesuatu yang baru dan terlihat oke di mata dosen) #galaujudul ini bisa berlangsung cukup lama, biasanya dimulai dari awal semester 7, sampai menemukan judul yang oke, tergantung setiap orang.

kalau udah nemu judul, galau selanjutnya adalah #galauacc, dengan kondisi di jurusan saya, bahwa judul harus di acc dulu oleh KKDK (semacam kepala konsentrasi dr jurusan) sebelum dapet dosen pembimbing dan seminar proposal. #galauacc ini kebanyakan disebabkan KKDK yang sulit ditemui dan proposal kita yang tidak segera dikoreksi oleh KKDK. biasanya memakan waktu 3-5 kali revisi proposal sampai proposal kita di acc, waktunya, yah.. tergantung KKDK dan dirimu sendiri, rajin menghubungi KKDK atau tidak, rajin ngerjakan revisian yang diberikan atau tidak, etc etc.

proposal skripsi sudah di acc, “sedikit” merasa lega, galau selanjutnya adalaaah… #galaudosenpembimbing. galau yang satu ini sangat berpengaruh sampaaai kita kompre. salah pilih/dipilihkan dosen pembimbing, akibatnya akan ditanggung sampai akhir kompre. pemilihan dosen pembimbing skripsi ini tergantung KKDK, apakah KKDK sedang baik hati, sehingga kita boleh memilih dosen pembimbing sendiri, atau kita dipilihkan, karena “kuota bimbingan” dosen yang lain sudah penuh, dan kita tidak bisa mendapatkan dosen yang kita inginkan *ngenes*

pertimbangan dalam memilih dosen pembimbing ini -kalau kita diperbolehkan memilih- *menurut saya* lebih baik menmilih dosen pembimbing 1 yang mengerti tentang skripsi kita, sehingga pembahasan ketika bimbingan tidak akan melenceng dari apa yang kita inginkan, sedangkan dosen pembimbing 2, pilihlah yang “tidak merepotkan”, dalam artian tidak membebani kita dengan permintaan yang melenceng dari topik, dan yang tidak berbeda prinsip dengan dosen pembimbing 1. oh iya, cari yang sering berada di kampus *mudah ditemui* jadi gampang kalau mau bimbingan 😀

sudah dapat dosen pembimbing yang pas *kalau dapet yang tidak pas, yaa.. jalani saja.. kenalilah karakter dosenmu, jadi bisa menghadapi dengan cara yang tepat* galau selanjutnya adalah #galausempro, galau yang ini itu galau kapan dapat jadwal seminar proposal, jadwal seminar proposal, *lagi-lagi* ditentukan oleh KKDK. jumlah pesertanya juga tidak pasti, bisa hanya 1 orang, atau 6 orang sekaligus. galau yang ini itu hanya bisa ditunggu kapan keluar jadwalnya *sigh*

-to be continued 😀