Bagaimana Allah menjawab Doa-Doaku

Then which of the favors of your Lord will you deny?

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

(Q.S. Ar-Rahman)

Ya, maka nikmat Allah yang manakah yang sudah kudustakan? Hari ini  entah kenapa sedikit merenung serius *biasanya gak pernah serius ._.* tentang nikmat yang sudah Allah berikan padaku. Memang, ada kalanya saya merasa protes, tidak dikabulkan doanya, padahal sudah (merasa) berusaha dan berdoa dengan sepenuh hati. Tapi siapa yang tahu apa yang Allah rencanakan.

Seperti yang sudah kita ketahui, namun sering kita lupakan, bahwa Allah tidak pernah berkata “tidak” pada doa umat-Nya. Ada 3 respons Allah terhadap do’a yang kita ajukan.

  1. Ya, Dia akan mengabulkan apa yang kita panjatkan saat itu juga
  2. Tunggu, Dia akan mengabulkan doa kita, tetapi tidak sekarang
  3. Dia memiliki rencana lain yang lebih baik daripada apa yang kita inginkan

Dari ketiganya, alhamdulillah sudah pernah saya rasakan..

Yes, ketika khawatir dengan nilai mata kuliah yang diambil semester ini, karena hasil midterm yang sangat jelek *duh*, ketar ketir karena kalau tidak lulus harus mengulang tahun depan, yang berarti semakin lama lulusnya ._. Alhamdulillah Allah mengabulkan doa saya meluluskan ketiga mata kuliah tersebut, dengan nilai yang cukup. Hei, I asked for passing the grade, not being the number one in the class, so this is His answer. Meskipun dengan usaha yang penuh darah dan keringat juga sih ya, tapi Alhamdulillah, doa saya yang ini dikabulkan.

Wait, pertengahan tahun 2011 ketika saya sekeluarga umroh, saya berdoa di depan pintu Ka’bah, multazzam, di tempat-tempat dan waktu yang dihijabah doanya, saya memohon supaya bisa lulus S1 tahun itu dan diberikan kesempatan ke menimba ilmu di luar negri. Doa saya untuk kelulusan dikabulkan beberapa bulan setelahnya, 21 Maret 2012, dan kesempatan untuk menimba ilmu ke luar negri akhirnya dikabulkan di pertengahan 2013. I have to wait for almost 2 years for my pray. But it is worth the wait. Kenapa? kalau untuk kelulusan memang my bad, salahnya sendiri males-malesan kerjain skripsi ._. *this is the proof that we should also tried our best, tidak cuma berdoa tapi tidak ada usaha*. Jika, saya diberi kesempatan ke luar negri pada tahun itu, mungkin akan berbeda. Tetapi yang saya yakin, bahwa saya baru diberi kesempatan itu setelah 2 tahun menunggu adalah yang terbaik bagi saya. Mungkin, pada tahun itu I haven’t grown up and mature, not only my behavior, but also my way of thinking and my religion basic. Entah apa jadinya saya jika pergi tahun itu. Ketika berangkat tahun lalu saja, masih merasa banyak kekurangan, baik dalam ilmu, kemandirian, kedewasaan, maupun basic agama yang akan membantu saya survive. Apalagi jika berangkat tahun 2011. Alhamdulillah He answer my du’a last year.

He has a better plan for me, seringkali saya merasakan yang satu ini. Tentang pemilihan riset dan universitas, misalnya. Riset saya di S1 adalah tentang fiber optik. Right after the DD scholarship announced, saya berdoa bisa mendapatkan Profesor dan topik riset yang sesuai dengan skripsi di S1. Nyatanya? sekarang saya malah beralih ke bidang yang berlawanan dengan fiber optik, yaitu antenna dan FPGA board. Why? Yang bisa saya pikirkan adalah memang ini yang terbaik, karena toh kalau nantinya saya pulang ke tanah air, bidang riset yang saya inginkan di fiber optik masih di angan-angan dan tidak bisa diimplementasikan dalam waktu dekat, atau malah tidak akan diimplementasikan di Indonesia. Sementara tentang topik riset yang sekarang, insya Allah bisa diimplementasikan segera, mungkin akan mengalami beberapa modifikasi, but it is, indeed, implementable, dan tidak “mengada-ada”. He really has a best plan for me.

Ada memang, do’a saya yang belum diberikan jawaban oleh Allah, walaupun sama-sama saya panjatkan di depan multazzam, tetapi doa yang ini belum ada jawabannya. Jelas bukan “yes”, mungkin “wait” atau “He has a better plan”.  Atau mungkin Dia sudah memberikan jawaban, hanya saja saya yang tidak mampu menangkap tanda-tanda yang diberikan-Nya? Manapun jawaban yang diberikan, it is surely the best for me. Doa apa itu? just let me keep it by my self 😀

Maka, renungan saya hari ini, tidakkah saya malu selalu meminta pada Nya, masih protes dan merasa “iri” dengan kondisi orang-orang di sekitar, ketika Dia sudah menjawab doa-doa saya, dan selalu memberikan yang terbaik bagi saya? Then, seperti yang sering diulang dalam Q.S. Ar-Rahman, “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu abaikan?”

DSR Lab, February 19th 10.21

jadilah orang yang bisa menempatkan diri.. #selfnote

jadilah orang yang bisa menempatkan diri..

it’s a note for my self..

dalam keseharian, kita sering berada di antara berbagai macam orang. berbagai macam kelompok, berbagai macam kegiatan, dengan kondisi mental, karakter, dan kebiasaan serta aturan yang berbeda-beda..

mau tidak mau, untuk bisa menjadi bagian dari lingkaran kehidupan, kita harus beradaptasi dengan apa yang ada di dekat kita, apa yang kita jalani. untuk itu, seseorang harus bisa menempatkan dirinya dalam kondisi tertentu, misalnya menurut saya..

ketika sedang rapat, tidak seharusnya kita, mengalihkan pembicaraan utama rapat tersebut menjadi pembicaraan yang berpusat ke diri kita, sepenting atau setidakpenting apapun itu, mengganggu jalannya rapat tersebut dengan pembicaraan tidak penting, bercanda, dsb padahal pembahasan yang dilakukan sedang serius. ada waktu sendiri untuk bercanda, tetapi keseriusan rapat tersebut harus dijaga, jangan sampai terbengkalai karena jokes maupun pembicaraan yang sebenarnya tidak penting.

ketika suatu kelompok sedang berdiskusi di dekat kita, walaupun memang itu adalah ruang bebas untuk umum, setidaknya hargailah mereka dengan tidak mengganggu diskusi mereka dengan datang tiba-tiba, berbicara dengan suara keras, meminta perhatian orang lain, padahal yang ia bicarakan sebenarnya bisa dikatakan dengan “suara normal” dan ditunda setelah diskusi.

ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, note that we should give some respect to them. seharusnya, cara kita berbicara dengan mereka dibedakan dengan cara kita berbicara dengan sesama kita. kecuali memang orang tersebut tidak memedulikan hal-hal seperti itu. at least, kita menghormati mereka. demikian juga jika kita berbicara kepada orang yang lebih muda, junior for example, give them respect too, setidaknya kita menghargai mereka, misalnya ketika mereka melakukan kegiatan, dan ternyata masih banyak kesalahan yang ada, hargailah dulu, kemudian berikan saran, jangan langsung menghakimi bahwa mereka salah dan tidak pantas melakukannya.

jadilah orang yang bisa menempatkan diri, memosisikan diri di setiap tempat, menjadi apakah aku di kegiatan a? di kelompok b? menghadapi c? dengan bisa memosisikan diri, orang lain akan menghargai kita. walaupun kita tidak bisa secara sempurna setiap saat memosisikan diri sebagai apa, at least we try 🙂